Pages

Rabu, 08 Juni 2011

KEBUN BINATANG RAGUNAN

elain berfungsi sebagai tempat rekreasi, kebun binatang Ragunan merupakan tempat rekreasi yang berwawasan pendidikan.

Tawa riang terdengar dari beberapa sudut. Sesekali jeritan kecil mewarnai canda riang sekelompok anak-anak tersebut. Sementara, beberapa lagi di antara bocah-bocah itu nampak penasaran plus raut wajahnya terlihat bercampur takut saat melihat tingkah polah binatang yang mendekat ke sisi pagar pembatas kandang. Ini secuil pemandangan di Taman Margasatwa Ragunan (TMR), satu hari.

Taman raksasa yang berjarak 20 km dari pusat kota Jakarta ini merupakan salah satu tempat rekreasi yang memuat wawasan edukasi. Tak heran banyak keluarga yang berkunjung ke sini. Mereka tidak hanya menonton aneka satwa yang ada, tapi juga menikmati kesejukan alam yang ditampilkan kebun binatang yang ada di Jakarta Selatan ini.

Di taman seluas 145 hektare, orangtua dapat mengenalkan jenis-jenis hewan koleksi TMR kepada anak-anaknya. Diantara pepohonan besar nan rimbun serta udara yang sejuk, menjadikan kawasan ini sangat asri dan nyaman. Pengunjung pun bisa merasa nyaman berkeliling meski matahari sedang tepat di atas kepala.

Sekitar 90 persen koleksi hewan yang di miliki TMR adalah satwa asli Indonesia. Di setiap kandang, terdapat informasi tentang satwa penghuninya, sehingga membatu dan menambah wawasan pengunjung tentang jenis dan asal hewan yang di lihatnya.

Pengunjung membludak biasanya pada akhir pekan atau saat libur, pada hari-hari tersebut, pengunjung –khususnya anak-anak– dapat menunggang gajah, delman, atau perahu. Salah satu tontonan yang sangat menarik perhatian para pengunjung adalah orangutan yang mengelilingi kebun binatang dengan menggunakan delman.

Hikayat Kebun Binatang Ragunan

Sejarah keberadaan Taman Margasatwa Ragunan dimulai dengan berdirinya kebun binatang pertama yang bernama Planten En Dierentuin tahun 1864, di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Saat itu Planten En Dierentuin dikelola Perhimpunan Penyayang Flora dan Fauna Batavia yang tergabung dalam Culturule Vereniging Planten en Dierentuin at Batavia.

Keberadaan kebun binatang di kawasan Cikini ini tak lepas dari peran Raden Saleh, pelukis terkenal Indonesia. Seniman yang karyanya banyak dipuji seniman Eropa ini, menghibahkan tanah miliknya seluas 10 hektare sebagai tempat berdirinya kebun binatang pertama di Indonesia tersebut.

Nama Planten En Dierentuin kemudian berubah menjadi Kebun Binatang Cikini pada 1949. Kemudian kebun binatang ini dipindahkan lokasinya pada 1964 ke kawasan Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Tanah seluas 30 hektare yang diperuntukkan bagi kebun binatang yang baru ini, merupakan hibah dari Pemerintah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta.

Secara resmi Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin pada 22 Juni 1966 meresmikannya dengan nama Taman Margasatwa Ragunan. Dalam perjalanannya, namanya sempat berubah menjadi Kebun Binatang Ragunan, dan akhirnya kembali dibakukan sebagai Taman Margasatwa Ragunan.

Kini, kebun binatang yang terlengkap di Indonesia ini telah mengalami perluasan. Areanya kini berkembang mencapai 140 hektare, memiliki satwa sekitar 295 spesies, berikut 4.040 spesimen.


Pusat primata Schmutzer: Surga pecinta primata

Pusat Primata yang berdiri di kawasan TMR ini bisa dikatakan sebuah hadiah tak ternilai dari seorang wanita berdarah Belanda, Puck Schmutzer kepada masyarakat Indonesia. Schmutzer menghibahkan uang yang dimilikinya untuk dimanfaatkan membangun sebuah area penangkaran bagi berbagai jenis primata. Ia berharap hibah yang diberikannya ini dapat membantu masyarakat Indonesia agar lebih menghargai dan peduli pada kelestarian satwa liarnya.

Pusat Primata yang diresmikan 10 Agustus 2002 ini luasnya yang mencapai 13 hektare, dan diakui sebagai yang terbesar di dunia. Kehidupan primata di Schmutzer ini dibuat seperti sesungguhnya kehidupan mereka di alam bebas. Para binatang ini dibiarkan hidup bebas tanpa kandang atau disebut dengan enklosur.

Beberapa primata asli Indonesia yang ada disini diantaranya Orang Utan, Owa Kalimantan, Owa Jawa Abu-abu –merupkan spesies yang sangat langka–, Siamang, dan beberapa jenis lainnya.

Selain koleksi primata asli Indonesia di pusat primata ini juga memiliki koleksi primata dari negara-negara lain seperti Gorila dan Simpanse. Empat ekor Gorilla yang menghuni Pusat Primata Schmutzer, didatangkan dari Howlettes dan Port Lympne, Inggris.
Jika Anda ingin melihat aksi lucu para penghuni kandang di Pusat Primata ini, datanglah pada sekitar pukul 15.00, Anda dapat menyaksikan atraksi memberi makan hewan-hewan lucu ini. Aktifitas ini adalah salah satu pertunjukan yang tak boleh dilewatkan. Anda dapat menyaksikan secara langsung bagaimana tingkah laku para primata tersebut ketika memburu makanan.

Schmutzer sengaja dirancang sebagai tempat pendidikan, penelitian, dan rekreasi untuk keluarga. Untuk melengkapi tujuan itu, Pusat Primata ini juga menyediakan fasilitas penunjang edukasi, seperti bioskop dengan kapasitas 83 kursi, dengan lebih dari 50 judul film tentang primata, juga perpustakaan yang menyediakan sedikitnya 500 judul buku tentang primata, serta gua edukasi anak dan beberapa lokasi tempat rekreasi alami.

Sumber: Majalah Travel Club

Tidak ada komentar:

Posting Komentar